ABSTRACT


Islamic religious education has long been the main aspect in shaping individual character. However, nowadays there are many new challenges for educators to be able to integrate religious values ​​with character education. This journal discusses the study of character education from a hadith perspective, with a focus on discussing methods for educating children. The concepts and methods discussed include teaching moral and ethical values ​​reflected by the Prophet Muhammad SAW. The steps on how to educate children according to hadith teachings include teaching methods, social interactions, and the application of religious values ​​in everyday life. It is hoped that this study can provide understanding and guidance for educators, parents, and parties who aim to create a generation with noble morals in accordance with Islamic teachings.

ABSTRAK

Pendidikan agama Islam telah lama menjadi aspek utama dalam membentuk karakter induvidu. Namun, pada zaman ini banyak tantangan-tantangan baru bagi pendidik untuk bisa mengintergrasikan nilai-nilai agama dengan Pendidikan karakter. Jurnal ini membahas kajian Pendidikan karakter dalam prespektif hadis, dengan fokus pembahasan bagaimana metode mendidik anak. Konsep dan metode yang dibahas mencakup pengajaran nilai-nilai moral dan etika yang tercermin dari Nabi Muhammad SAW. Langkah-langkah bagaimana cara mendidik anak menurut ajaran hadis, antara lain metode pengajaran, intraksi social, dan penerapan nilai agama dalam keseharian. Diharapkan kajian ini dapat memberikan pemahaman dan panduan bagi pendidik, orang tua, dan pihak yang bertujuan untuk menciptakan generasi berakhlak mulia sesuai dengan ajaran Islam.  

 



PENDAHULUAN

Pendidikan karakter saat ini menjadi topik yang sangat utama dalam dunia Pendidikan, hal ini berkaitan dengan kasus-kasus yang terjadi ditengah-tengah masyarakat maupun linglungan lainnya yang semakin beragam fenomenanya. Ketidak adilan, kriminal, kekerasan pada anak, pelecehan, pelanggaran HAM, dan lain-lain, menjadi bukti bahwasanya telah terjadi penurunan karakteristik yang terus menerus.

Pendidikan karakter menjadi solusi utama dalam mengatasi masalah-masalah yang ada, pendidikan di sekolah maupun selainnya yang berstatus akademi Pendidikan, diharapkan dapat menjadi tempat yang mampu mewujudkan pendikan karakter ideal dan sesuai dalam segi agama maupun etika.

Masalah karakter dapat dilihat dari bagaimana sikap dan prilaku mereka, seperti bullying, kurangnya etika, berbohong dan selainnya. Dalam hal ini dapat kita ketahui bahwasanya Pendidikan saja tidak cukup untuk menjadikan prilaku peserta didik menjadi lebih baik.[1]

Untuk mengatasi hal-hal yang telah disebutkan sebagai pendidik maupun orang tua haruslah menmbangun karakter anak sejak usia dini bahkan ketika masih dalam kandungan seorang ibu berperan sangat penting saat masih mengandung. Pendidikan yang dilakukan saat anak dalam kandungan dapat dilakukan dengan cara seorang ibu hendaklah melakukan hal-hal positif serta mengkonsumsi makanan-makanan yang bergizi dan halal.

Al-Qur’an telah mengajarkan tentang bagaimana cara mendidik anak dengan baik sesuai dengan ajaran yang ada. Implementasi karakter dan akhlak, seperti firman Allah SWT dalam surah Al-Ahzab yang aryinya “Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu sui tauladan  yang baik bagimu(yaitu) bagi orang yang mengharap (Rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”.

Ayat ini merupakan dalil penetapan sifat dan karakter Rasulullah SAW sebagai dasar dalam Pendidikan karakter. Ayat ini menunjukkan ketabahan dan keteguhan hati Rasululullah SAW dalam melakukan sesuatu. Allah telah menjadikan Rasulullah sebagai suri tauladan bagi pengikutnya, yakni orang-orang islam yang mengharap syafaat Rasulullah dan rahmat dari Allah dengan selalu mengingat Allah dan Rasulnya. Keteguhan sifat Rasulullah itu lah yang menjadi sebab utama beliau harus dijadikan suri tauladan bagi mereka yang mengharap rahmat Allah dan Rasulnya.[2]

Hadis yang menunjukkan konsep pendidikan adalah hadis yang diriwayatkan oleh imam Bukhari yaitu :

“Jadilah kamu para pendidik yang santun, ahli fiqih, dan berilmu pengetahuan. Dan disebut pendidik apabila seseorang telah mendidik manusia dengan ilmu pengetahuan, baik ilmu yan kecil sampai menuju yang besar” (HR. Bukhari)

Apabila dikaji, hadis ini memiliki makna proses transformasi ilmu pengetahuan dimulai dari tingkat dasar menuju Tingkat yang lebih tinggi dengan mendasari pemahaman dan menyadari pentingnya hidup dengan ketakwaan, budi pekerti, dan pribadi yang luhur.[3]

Apabila seorang anak terbiasa dengan etika yang ia lakukan sejak dini, maka ia akan tumbuh dengan menjaga nilai-nilai dan etika yang dilakukan semenjak masa kecilnya. Sehingga kedepannya anak akan mudah untuk diarahkan dan dibimbing pada hal-hal kebaikan. Dari ulasan yang telah dibahas penulis akan membatasi masalah konsep dan jenis pendidikan karakter menurut hadis, serta penerapan pendidikan yang berkiblat pada hadis-hadis Rasulullah SAW.

 

 

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang akan dilakukan adalah menggunakan metode kualitatif yang meliputi; jenis penelitian ini merupakan penelitian Pustaka atau Library research. Penelitian Pustaka merupakan penelitian yang obyeknya digali dengan beragam informasi kepustakaan seperti buku, jurnal ilmiah, dokumen, dan ensiklopedi.

Pendekatan yang akan dilakukan adalah dengan pendekatan kualitatif dengan memaparkan obyek penelitian menggunakan penjelasan deskriptif  sebagai ciri khas kualitatif. Metode yang dilakukan adalah dengan melakukan dokumentasi yakni; membaca, menganalisis, mencatat, dan menguraikan informasi tentang obyek penelitian yang berkaitan dengan pendidikan karakter berdasarkan hadis nabi  Muhammad SAW.

 

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pendidikan Karakter

Konteks pendidikan karakter dapat dijelaskan istilah karakter bersal dari Bahasa latin “character” yang secara lafad memiliki makna : tabiat, watak, budi pekerti,kepribadian, akhlak, dan lain-lain. Seddangkan menurut istilah karakter diartikan sebagai sikap atau sifat manusia. Karakter adalah nilai-nilai prilaku yang berhubungan tuhan, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, perkataan, sikap, perbuatan berdasarkan nilai-nilai agama, adat istiadat, dan tata krama. Karakter juga dapat disebut dengan budi pekerti, sehingga karakter bangsa identik dengan bagaimana budi pekerti bangsa. Bangsa yang berkarakter adalah bangsa yang berbudi pekerti dan berakhlak, begitu juga sebaliknya.[4]

Pendidikan karakter dipaparkan dalam berbagai penjelasan. Ensiklopedi Encarta menjelaskan mendefinisikan pendidikan karakter sebagai kata benda yang berarti moral di sekolah, nilai-nilai dasar manusia sebaigan dari kurikulim sekolah.[5]

Pendidikan karakter anak haruslah dimulai sejak dini dengan cara memberikan pelajaran, penambahan wawasan, dan penanaman sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang dapat menjadi pembeda dari anak yang lain. Pendidikan watak atau karakter dapat dimulai dari anak berusia 0 sampai 6 tahun, pada usia ini lah penanaman karakter sangat berpengaruh pada masa-masa pertumbuhan anak kedepannya. Mendidik anak menjadi berkarakter sangatlah penting karna dengan pendidikan karakter seorang induvidu akan memiliki keperibadian, dan dapat menumbuhkan kualitas manusia yang memiliki budi pekerti, kecermelangan pikir, dan memiliki kesadaran atas penciptanya dan hal-hal yang harus ia lakukan.

Penanaman karakter sejak dini sangat berpengaruh pada pertumbuhan anak dimasa depan, apa yang telah tertanam pada masa kecil itulah yang akan terus tumbuh dan berkembang. Penanaman bukan hanya memberi pelajaran dan materi melainkan juga disertai pencotohan oleh orang tua mapun guru sebagai contoh tauladan bagi anak.[6]

Dalam mendidik karakter anak ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh orang tua sejak dini, bahkan sejak anak baru keluar dari rahim sang ibu. Seperti konsep nabi Muhammad SAW yang diawali dengan membacakan kalimat “La illaha illa Allah” sebagai kalimat yang pertama didengar oleh anak, hal ini dapat menanamkan karakter yang selalu beriman dan taan pada aturan-aturan agama Islam. Hal ini dilakukan sebagai upaya awal mengenalkan tuhan pada anak.

Kedua, mendidik anak dengan memerintahkannya melakukan sholat, sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh imam Bukhari yang artinya  “Sesungguhnya kamu akan datang kepada orang Ahli Kitab, maka hendaklah yang pertama kali kamu ajarkan kepada mereka ialah ibadah kepada Allah dengan cara mewajibkan shalat lima kali sehari semalam. Apabila mereka telah mengerjakannya maka beritahukanlah kepada mereka bahwa Allah mewajibkan zakat dari harta-harta mereka untuk diberikan kepada orang orang fakir diantara mereka. Apabila mereka memenuhi semuanya, maka sebutlah mereka dan janganlah sekali-kali mengambil harta-harta kesayangan mereka. (HR.Bukhari)

Sebagai orang tua seharusnya tidak hanya sekedar menanamkan nilai-nilai ketakwaan dan keimanan, akan tetapi orang tua haruslah memberikan bagaimana praktek terkait cara dan rukun sholat yang benar sesuai dengan tuntutan Rasulullah SAW. Karna setiap hamba ketika dihisab pada hari kiamat adalah bagaimana pelaksanaan sholatnya ketika di dunia. Hadis yang menegaskan kewajiban sholat adalah hadis riwayat Ash-Hab sunan dari Abu Hurairah yang artinya : “Sesungguhnya yang pertama kali dihisab pada diri hamba pada hari kiamat dari amalanya adalah shalatnya. Bila baik shalatnya maka ia telah lulus dan beruntung, dan bila rusak shalatnya maka ia kecewa dan rugi.”[7]

Ketiga, memberikan nama yang baik dan mengajarkan anak baca tulis, hal ini disandarkan pada hadis Rasulullah yang artinya “Dari Abu Hurairah ra. berkata: Rasulullah Saw. bersabda: Sesungguhnya hak anak dari orang tuanya agar memberikan nama yang baik dan mengajarkan baca tulis dan menikahkannya apabila telah dewasa.” Memberi nama yang baik bagi anak merupakan kewajiban bagi orang tua, ini adalah bentuk doa dan harapan dari orang tua terhadap anaknya. Pada hadis yang lain diceritakan bahwasanya nabi Muhammad SAW pernah mengganti nama Hazan yang memiliki arti kesedihan, menjad Sahal yang memiliki arti kemudahan. Nabi pun pernah bersabda Sesungguhnya kalian akan dipanggil nanti pada Hari Kiamat dengan nama-nama kalian dan nama bapak-bapak kalian. Maka, perbaguslah nama-nama kalian.” (HR.Imam Ahmad).

Keempat, dengan memberikan sikap lemah lembut terhadap keluarga, sikap ini tentulah sangat berpengaruh pada seorang anak, karna setiap harinya kebanyakan waktu dihabiskan Bersama anggota keluarga. Sebagai orang tua seharusnya tidak melakukan suatu kekerasan maupun perkelahian didepan anaknya, baik perkelahian adu argument maupun kekerasan didepan anaknya, persoalan antara ibu dan ayah memang selalu ada, tetapi alangkah baiknya ketika perdebatan tersebut tidak diketahui oleh anak, agar mental seorang anak tidak mudah jatuh. Bersikap lemah lembut pada keluarga ialah perintah dari nabi Muhammad SAW yang artinya “Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Mani’ al-Baghdadi, telah menceritakan kepada kami Isma’il bin ‘Ulyah, Telah menceritakan kepada kami Khalid al-Hada dari Abu Qilab dari Aisyah ra. berkata, telah bersabda Rasulullah Saw.: termasuk penyempurnaan iman seorang Mukmin ialah keluhuran budi pekertinya dan kelembutan terhadap keluarganya. Dan dalam bab lain dari Abu Hurairah dan Anas bin Malik berkata Abu Isa (at-Tirmidzi) hadis ini shahih, hanya saja kami tidak tahu kalau Abu Qilab mendengar dari Aisyah dan (dalam riwayat lain) Abu Qilab menerima dari Abdullah bin Yazid – susunan Aisyah – dari Aisyah selain hadis ini. Dan tentang Abu Qilab Abdullah bin Zaid al-Jarmi telah menceritakan kepada kami anak ‘Umar, menerima dari Sufyan berkata bahwa Ayyub as-Sahtiyani menyebutkan tentang Abu Qilab ini adalah termasuk dari fuqaha (pakar) yang cerdas dan banyak ilmu.”  

Kelima, apabila anak melakukan suatu kesalahan orang tua atau pendidik dilarang memberikan hukuman yang meluikai badan seperti hadis yang diriwayatkan Ibnu Hibban yang artinya : “Dari Anas r.a. dari Nabi Muhammad Saw. sesunggunya beliau telah bersabda: Anak itu diaqiqahi pada hari ke tujuh, dinamai dan disingkirkan daripadanya penyakit (dicukur rambutnya) jika ia sudah berusia enam tahun, didiklah. Jika sudah berusia Sembilan tahun pisahkanlah tempat tidurnya. Jika sudah berusia tiga belas tahun, pukullah bila ia enggan melaksanakan shalat dan puasa. Jika sudah berusia enam belas tahun hendaklah ayahnya menikahkannya. Kemudian Nabi Saw. memegang tangannya seraya bersabda: Aku telah mendidikmu, aku telah mengajarimu, dan aku telah menikahkanmu. Aku berlindung kepada Allah Swt. dari fitnahmu di dunia dan adzab yang disebabkan olehmu di akhirat.” (HR. Ibnu Hibban). Dari hadis diatas dapat dipahami bahwasanya perbolehan memukul anak adalah ketika ia enggan melakukan sholat, dengan syarat tidak menimbulkan luka, pukulan yang diberikan hanyalah sekedar untuk memberikan efek jera pada anak sekaligus menanamkan karakter yang selalu taat pada keawajiban islam yakni sholat.[8]

Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, bagaimana karakter anak sangat berpengaruh pada pendidikan dalam kelneriuarga, akan tetapi ada faktor lain juga yang tidak kalah penting dalam pendidikan karakter anak yakni, lingkungan, dan media sosial.

Lingkungan juga besar pengaruhnya terhadap pendidikan karakter anak, karna lingkungan anak mudah terpengaruh didalamnya, hal ini disebabkan seorang induvidu cendrung menggikuti apa yang menjadi kebiasaan dilingkungannya. Seorang anak dapat menjadi pribadi yang berkarakter apabila mendapat dukungan dari lingkungan sekitarnya, maka dari itu untuk menumbuhkan generasi yang berkarakter orang-orang dilingkugannya juga seharusnya ikut andil memberikan contoh dan menanamkan karakter pada anak-anak yang ada.[9]

Ada indikator yang bisa digunakan untuk mengembangkan dan mencapai keberhasilan dalam pendidikan karakter. Yang pertama adalah indikator yang dilakukan oleh para guru di sekolah sebagai pihak yang menganalisis karakter setiap anak didiknya. Kedua adalah indikator yang menganalisis mengenai prilaku dan pengetahuan anak dalam mata Pelajaran tertentu.

Beberapa hal yang menjadi tolak ukur keberhasilan pendidikan karakter dapat dilihat dalam segi : religious, disiplin, toleran, kerja keras, mandiri, kreatif, semangat, peduli lingkungan, dan tanggung jawab. Apabila anak didik dapat mencantumkan hal-hal tersebut maka pendidikan karakter berhasil diwujudkan, apabila beberapa belum terdapat pada pribadi anak, maka haruslah ada evaluasi bagi pendidik terhadap mertode pembelajaran yang mungin kurang efektif untuk anak didiknya.

Dalam pendidkan karakter terdapat banyak nilai positif didalamnya, yang paling utama adalah pada segi akhlak atau etika. Saat ini banyak ditemukan anak yang lemah dalam etikanya, maka dari itu sebagai orang tua maupun guru perlu meningkatkan upaya untuk mengembangkan pendidikan karakter, baik ketika dalam sekolah maupun lingkungan keluarga.[10]

Pendidikan karakter yang paling utama adalah : pertama, berfunggsi untuk menbentuk dan mengembangkan potesi anak supaya menjadi pribadi yang baik dalam segi pikiran, prilaku maupun agama. Kedua, berfungi untuk mempererat dan memperkuat peran keluarga, lingungan sosial, dan aspek lainnya dalan memperbaiki karakter anak dalam mengembangkan potensi, bakat, mandiri, dan bertanggung jawab. Ketiga, agar anak dapat memilah atau sebagai penyaring, Dimana peran ini adalah upaya seorang anak dalam menentukan dan memilah budaya-budaya yang positif untuk diikuti dan meninggalkan budaya negatif.

Untuk menngukur keberhasilan pendidikan karakter dapat juga dengan mengamati seberapa besar prilaku seseorang  berdampak atau melahirkan manfaat bagi dirinya sendiri maupun orang yang ada disekitarnya. Sebagaimana hadis nabi  SAW yang aritinya “Sebaik-baik manusia adalah mereka yang paling baik akhlaknya dan bermanfaat bagi orang lain”. Ketika seseoerang telah menghasilan atau berdampak manfaat bagi orang-orang sekitarnya, berarti ia telah meniliki karakter seorang muslim yang sesuai dengan ajaran Islam. Sebagaimana tujuan nabi Muhammad yang paling utama adalah untuk mengajarkan Makarim Al-Akhlak (akhlak yang mulia/terpuji).[11]

 

KESIMPULAN

Pendidikan karakter anak harus dimulai sejak dini dengan memberikan pelajaran, penambahan wawasan, dan penanaman sifat kejiwaan, akhlak, atau budi pekerti.

Untuk menanamkan pendidikan karakter pada anak orang tua  harus memastikan anak mempraktikkan ibadah, seperti sholat, dengan benar sesuai ajaran Rasulullah SAW. Memberikan nama yang baik dan mengajarkan baca tulis juga penting dalam membentuk karakter anak.

Lingkungan dan media sosial juga berpengaruh besar dalam pendidikan karakter anak.Indikator keberhasilan pendidikan karakter termasuk perilaku yang bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain.

Orang tua dan guru harus bekerja sama meningkatkan upaya dalam mengembangkan pendidikan karakter anak. Keberhasilan pendidikan karakter dapat diukur dari seberapa besar manfaat yang dihasilkan bagi diri sendiri dan orang lain, sesuai dengan ajaran agama dan nilai-nilai moral yang baik.

 

DAFTAR PUSTAKA

Adu, La. “ABSTRAK PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PERSPEKTIF ISLAM.” Jurnal Biology Science & Education, 2014.

Chasanah, Udzlifatul, Pondok Modern, and Darussalam Gontor Putri. “Urgensi Pendidikan Hadis Dalam Pembentukan Karakter Anak Usia Dini,” n.d.

Kulsum, Ummi, and Abdul Muhid. “Pendidikan Karakter Melalui Pendidikan Agama Islam Di Era Revolusi Digital.” Jurnal Intelektual: Jurnal Pendidikan Dan Studi Keislaman 12, no. 2 (October 21, 2022): 157–70. https://doi.org/10.33367/ji.v12i2.2287.

“MAKNA DAN URGENSI PENDIDIKAN KARAKTEER Muslim Hasibuan,” n.d.

Nasution, Maulana Azizi, Khaerul Anwar, Ahmadi Usman, Fakultas Tarbiyah, Iai Nasional, and Laa Roiba. “Penerapan Pendidikan Karakter Dan Penerapannya Perspektif Hadits Tarbawi.” Vol. 1, 2021.

Nerizka, Dea, Eva Latifah, and Dan A Munawwir. “FAKTOR HEREDITAS DAN LINGKUNGAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER,” n.d.

“Pembentukan Karakter… Oleh: Nirra Fatmah,” n.d. http://ejournal.iai-tribakti.ac.id/index.php/tribakti/article/view/,.

Pendidikan, Konsep, and Berbasis Hadis. “HADIS PenDIDIkAn,” n.d.

Studi, Jurnal, Al Quràn, Pendidikan Karakter, Dalam Islam, Kajian Al-Qur’an, and Dan Hadis. “Pendidikan Karakter Dalam Islam: Kajian Al-Qur’an Dan Hadis,” n.d.

 



[1] Ummi Kulsum and Abdul Muhid, “Pendidikan Karakter Melalui Pendidikan Agama Islam Di Era Revolusi Digital,” Jurnal Intelektual: Jurnal Pendidikan Dan Studi Keislaman 12, no. 2 (October 21, 2022): 157–70, https://doi.org/10.33367/ji.v12i2.2287.

[2] “MAKNA DAN URGENSI PENDIDIKAN KARAKTEER Muslim Hasibuan,” n.d.

[3] Konsep Pendidikan and Berbasis Hadis, “HADIS PenDIDIkAn,” n.d.

[4] La Adu, “ABSTRAK PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PERSPEKTIF ISLAM,” Jurnal Biology Science & Education, 2014.

[5] Jurnal Studi et al., “Pendidikan Karakter Dalam Islam: Kajian Al-Qur’an Dan Hadis,” n.d.

[6] Udzlifatul Chasanah, Pondok Modern, and Darussalam Gontor Putri, “Urgensi Pendidikan Hadis Dalam Pembentukan Karakter Anak Usia Dini,” n.d.

[7] Maulana Azizi Nasution et al., “Penerapan Pendidikan Karakter Dan Penerapannya Perspektif Hadits Tarbawi,” vol. 1, 2021.

[8] Pendidikan and Hadis, “HADIS PenDIDIkAn.”

[9] Dea Nerizka, Eva Latifah, and Dan A Munawwir, “FAKTOR HEREDITAS DAN LINGKUNGAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER,” n.d.

[10] “Pembentukan Karakter… Oleh: Nirra Fatmah,” n.d., http://ejournal.iai-tribakti.ac.id/index.php/tribakti/article/view/,.

[11] Chasanah, Modern, and Putri, “Urgensi Pendidikan Hadis Dalam Pembentukan Karakter Anak Usia Dini.”