PENDAHULUAN
Pendidikan
karakter saat ini menjadi topik yang sangat utama dalam dunia Pendidikan, hal
ini berkaitan dengan kasus-kasus yang terjadi ditengah-tengah masyarakat maupun
linglungan lainnya yang semakin beragam fenomenanya. Ketidak adilan, kriminal,
kekerasan pada anak, pelecehan, pelanggaran HAM, dan lain-lain, menjadi bukti
bahwasanya telah terjadi penurunan karakteristik yang terus menerus.
Pendidikan
karakter menjadi solusi utama dalam mengatasi masalah-masalah yang ada,
pendidikan di sekolah maupun selainnya yang berstatus akademi Pendidikan,
diharapkan dapat menjadi tempat yang mampu mewujudkan pendikan karakter ideal
dan sesuai dalam segi agama maupun etika.
Masalah karakter
dapat dilihat dari bagaimana sikap dan prilaku mereka, seperti bullying, kurangnya
etika, berbohong dan selainnya. Dalam hal ini dapat kita ketahui bahwasanya
Pendidikan saja tidak cukup untuk menjadikan prilaku peserta didik menjadi
lebih baik.
Untuk mengatasi
hal-hal yang telah disebutkan sebagai pendidik maupun orang tua haruslah
menmbangun karakter anak sejak usia dini bahkan ketika masih dalam kandungan
seorang ibu berperan sangat penting saat masih mengandung. Pendidikan yang
dilakukan saat anak dalam kandungan dapat dilakukan dengan cara seorang ibu
hendaklah melakukan hal-hal positif serta mengkonsumsi makanan-makanan yang
bergizi dan halal.
Al-Qur’an telah
mengajarkan tentang bagaimana cara mendidik anak dengan baik sesuai dengan
ajaran yang ada. Implementasi karakter dan akhlak, seperti firman Allah SWT
dalam surah Al-Ahzab yang aryinya “Sesungguhnya telah ada pada diri
Rasulullah itu sui tauladan yang baik
bagimu(yaitu) bagi orang yang mengharap (Rahmat) Allah dan (kedatangan) hari
kiamat dan dia banyak menyebut Allah”.
Ayat ini
merupakan dalil penetapan sifat dan karakter Rasulullah SAW sebagai dasar dalam
Pendidikan karakter. Ayat ini menunjukkan ketabahan dan keteguhan hati
Rasululullah SAW dalam melakukan sesuatu. Allah telah menjadikan Rasulullah
sebagai suri tauladan bagi pengikutnya, yakni orang-orang islam yang mengharap
syafaat Rasulullah dan rahmat dari Allah dengan selalu mengingat Allah dan
Rasulnya. Keteguhan sifat Rasulullah itu lah yang menjadi sebab utama beliau
harus dijadikan suri tauladan bagi mereka yang mengharap rahmat Allah dan
Rasulnya.
Hadis yang
menunjukkan konsep pendidikan adalah hadis yang diriwayatkan oleh imam Bukhari yaitu
:
“Jadilah kamu para pendidik yang
santun, ahli fiqih, dan berilmu pengetahuan. Dan disebut pendidik apabila
seseorang telah mendidik manusia dengan ilmu pengetahuan, baik ilmu yan kecil
sampai menuju yang besar” (HR. Bukhari)
Apabila dikaji,
hadis ini memiliki makna proses transformasi ilmu pengetahuan dimulai dari
tingkat dasar menuju Tingkat yang lebih tinggi dengan mendasari pemahaman dan
menyadari pentingnya hidup dengan ketakwaan, budi pekerti, dan pribadi yang
luhur.
Apabila seorang
anak terbiasa dengan etika yang ia lakukan sejak dini, maka ia akan tumbuh
dengan menjaga nilai-nilai dan etika yang dilakukan semenjak masa kecilnya.
Sehingga kedepannya anak akan mudah untuk diarahkan dan dibimbing pada hal-hal
kebaikan. Dari ulasan yang telah dibahas penulis akan membatasi masalah konsep dan
jenis pendidikan karakter menurut hadis, serta penerapan pendidikan yang berkiblat
pada hadis-hadis Rasulullah SAW.
METODE PENELITIAN
Metode
penelitian yang akan dilakukan adalah menggunakan metode kualitatif yang
meliputi; jenis penelitian ini merupakan penelitian Pustaka atau Library
research. Penelitian Pustaka merupakan penelitian yang obyeknya digali
dengan beragam informasi kepustakaan seperti buku, jurnal ilmiah, dokumen, dan
ensiklopedi.
Pendekatan yang
akan dilakukan adalah dengan pendekatan kualitatif dengan memaparkan obyek
penelitian menggunakan penjelasan deskriptif sebagai ciri khas kualitatif. Metode yang
dilakukan adalah dengan melakukan dokumentasi yakni; membaca, menganalisis,
mencatat, dan menguraikan informasi tentang obyek penelitian yang berkaitan
dengan pendidikan karakter berdasarkan hadis nabi Muhammad SAW.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pendidikan Karakter
Konteks pendidikan karakter dapat
dijelaskan istilah karakter bersal dari Bahasa latin “character” yang secara
lafad memiliki makna : tabiat, watak, budi pekerti,kepribadian, akhlak, dan
lain-lain. Seddangkan menurut istilah karakter diartikan sebagai sikap atau
sifat manusia. Karakter adalah nilai-nilai prilaku yang berhubungan tuhan,
sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran,
perkataan, sikap, perbuatan berdasarkan nilai-nilai agama, adat istiadat, dan
tata krama. Karakter juga dapat disebut dengan budi pekerti, sehingga karakter
bangsa identik dengan bagaimana budi pekerti bangsa. Bangsa yang berkarakter
adalah bangsa yang berbudi pekerti dan berakhlak, begitu juga sebaliknya.
Pendidikan karakter dipaparkan dalam
berbagai penjelasan. Ensiklopedi Encarta menjelaskan mendefinisikan pendidikan
karakter sebagai kata benda yang berarti moral di sekolah, nilai-nilai dasar
manusia sebaigan dari kurikulim sekolah.
Pendidikan karakter anak haruslah dimulai
sejak dini dengan cara memberikan pelajaran, penambahan wawasan, dan penanaman
sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang dapat menjadi pembeda dari anak
yang lain. Pendidikan watak atau karakter dapat dimulai dari anak berusia 0
sampai 6 tahun, pada usia ini lah penanaman karakter sangat berpengaruh pada
masa-masa pertumbuhan anak kedepannya. Mendidik anak menjadi berkarakter
sangatlah penting karna dengan pendidikan karakter seorang induvidu akan
memiliki keperibadian, dan dapat menumbuhkan kualitas manusia yang memiliki
budi pekerti, kecermelangan pikir, dan memiliki kesadaran atas penciptanya dan
hal-hal yang harus ia lakukan.
Penanaman karakter sejak dini sangat
berpengaruh pada pertumbuhan anak dimasa depan, apa yang telah tertanam pada
masa kecil itulah yang akan terus tumbuh dan berkembang. Penanaman bukan hanya
memberi pelajaran dan materi melainkan juga disertai pencotohan oleh orang tua
mapun guru sebagai contoh tauladan bagi anak.
Dalam mendidik karakter anak ada beberapa
hal yang harus dilakukan oleh orang tua sejak dini, bahkan sejak anak baru
keluar dari rahim sang ibu. Seperti konsep nabi Muhammad SAW yang diawali
dengan membacakan kalimat “La illaha illa Allah” sebagai kalimat yang
pertama didengar oleh anak, hal ini dapat menanamkan karakter yang selalu
beriman dan taan pada aturan-aturan agama Islam. Hal ini dilakukan sebagai
upaya awal mengenalkan tuhan pada anak.
Kedua, mendidik anak dengan
memerintahkannya melakukan sholat, sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh
imam Bukhari yang artinya “Sesungguhnya
kamu akan datang kepada orang Ahli Kitab, maka hendaklah yang pertama kali kamu
ajarkan kepada mereka ialah ibadah kepada Allah dengan cara mewajibkan shalat
lima kali sehari semalam. Apabila mereka telah mengerjakannya maka
beritahukanlah kepada mereka bahwa Allah mewajibkan zakat dari harta-harta
mereka untuk diberikan kepada orang orang fakir diantara mereka. Apabila mereka
memenuhi semuanya, maka sebutlah mereka dan janganlah sekali-kali mengambil
harta-harta kesayangan mereka. (HR.Bukhari)
Sebagai orang tua seharusnya tidak hanya
sekedar menanamkan nilai-nilai ketakwaan dan keimanan, akan tetapi orang tua
haruslah memberikan bagaimana praktek terkait cara dan rukun sholat yang benar
sesuai dengan tuntutan Rasulullah SAW. Karna setiap hamba ketika dihisab pada
hari kiamat adalah bagaimana pelaksanaan sholatnya ketika di dunia. Hadis yang
menegaskan kewajiban sholat adalah hadis riwayat Ash-Hab sunan dari Abu
Hurairah yang artinya : “Sesungguhnya yang pertama kali dihisab pada diri
hamba pada hari kiamat dari amalanya adalah shalatnya. Bila baik shalatnya maka
ia telah lulus dan beruntung, dan bila rusak shalatnya maka ia kecewa dan
rugi.”
Ketiga, memberikan nama yang baik dan
mengajarkan anak baca tulis, hal ini disandarkan pada hadis Rasulullah yang
artinya “Dari Abu Hurairah ra. berkata: Rasulullah Saw. bersabda:
Sesungguhnya hak anak dari orang tuanya agar memberikan nama yang baik dan
mengajarkan baca tulis dan menikahkannya apabila telah dewasa.” Memberi
nama yang baik bagi anak merupakan kewajiban bagi orang tua, ini adalah bentuk
doa dan harapan dari orang tua terhadap anaknya. Pada hadis yang lain
diceritakan bahwasanya nabi Muhammad SAW pernah mengganti nama Hazan yang
memiliki arti kesedihan, menjad Sahal yang memiliki arti kemudahan. Nabi pun
pernah bersabda “Sesungguhnya
kalian akan dipanggil nanti pada Hari Kiamat dengan nama-nama kalian dan nama
bapak-bapak kalian. Maka, perbaguslah nama-nama kalian.” (HR.Imam Ahmad).
Keempat, dengan memberikan sikap lemah lembut
terhadap keluarga, sikap ini tentulah sangat berpengaruh pada seorang anak,
karna setiap harinya kebanyakan waktu dihabiskan Bersama anggota keluarga.
Sebagai orang tua seharusnya tidak melakukan suatu kekerasan maupun perkelahian
didepan anaknya, baik perkelahian adu argument maupun kekerasan didepan
anaknya, persoalan antara ibu dan ayah memang selalu ada, tetapi alangkah
baiknya ketika perdebatan tersebut tidak diketahui oleh anak, agar mental
seorang anak tidak mudah jatuh. Bersikap lemah lembut pada keluarga ialah
perintah dari nabi Muhammad SAW yang artinya “Telah
menceritakan kepada kami Ahmad bin Mani’ al-Baghdadi, telah menceritakan kepada
kami Isma’il bin ‘Ulyah, Telah menceritakan kepada kami Khalid al-Hada dari Abu
Qilab dari Aisyah ra. berkata, telah bersabda Rasulullah Saw.: termasuk
penyempurnaan iman seorang Mukmin ialah keluhuran budi pekertinya dan
kelembutan terhadap keluarganya. Dan dalam bab lain dari Abu Hurairah dan Anas
bin Malik berkata Abu Isa (at-Tirmidzi) hadis ini shahih, hanya saja kami tidak
tahu kalau Abu Qilab mendengar dari Aisyah dan (dalam riwayat lain) Abu Qilab
menerima dari Abdullah bin Yazid – susunan Aisyah – dari Aisyah selain hadis
ini. Dan tentang Abu Qilab Abdullah bin Zaid al-Jarmi telah menceritakan kepada
kami anak ‘Umar, menerima dari Sufyan berkata bahwa Ayyub as-Sahtiyani
menyebutkan tentang Abu Qilab ini adalah termasuk dari fuqaha (pakar) yang
cerdas dan banyak ilmu.”
Kelima, apabila anak melakukan suatu kesalahan
orang tua atau pendidik dilarang memberikan hukuman yang meluikai badan seperti
hadis yang diriwayatkan Ibnu Hibban yang artinya : “Dari
Anas r.a. dari Nabi Muhammad Saw. sesunggunya beliau telah bersabda: Anak itu
diaqiqahi pada hari ke tujuh, dinamai dan disingkirkan daripadanya penyakit
(dicukur rambutnya) jika ia sudah berusia enam tahun, didiklah. Jika sudah
berusia Sembilan tahun pisahkanlah tempat tidurnya. Jika sudah berusia tiga
belas tahun, pukullah bila ia enggan melaksanakan shalat dan puasa. Jika sudah
berusia enam belas tahun hendaklah ayahnya menikahkannya. Kemudian Nabi Saw.
memegang tangannya seraya bersabda: Aku telah mendidikmu, aku telah
mengajarimu, dan aku telah menikahkanmu. Aku berlindung kepada Allah Swt. dari
fitnahmu di dunia dan adzab yang disebabkan olehmu di akhirat.”
(HR. Ibnu Hibban). Dari hadis diatas dapat dipahami bahwasanya perbolehan
memukul anak adalah ketika ia enggan melakukan sholat, dengan syarat tidak
menimbulkan luka, pukulan yang diberikan hanyalah sekedar untuk memberikan efek
jera pada anak sekaligus menanamkan karakter yang selalu taat pada keawajiban
islam yakni sholat.
Seperti yang telah dipaparkan
sebelumnya, bagaimana karakter anak sangat berpengaruh pada pendidikan dalam
kelneriuarga, akan tetapi ada faktor lain juga yang tidak kalah penting dalam
pendidikan karakter anak yakni, lingkungan, dan media sosial.
Lingkungan juga besar pengaruhnya
terhadap pendidikan karakter anak, karna lingkungan anak mudah terpengaruh
didalamnya, hal ini disebabkan seorang induvidu cendrung menggikuti apa yang
menjadi kebiasaan dilingkungannya. Seorang anak dapat menjadi pribadi yang
berkarakter apabila mendapat dukungan dari lingkungan sekitarnya, maka dari itu
untuk menumbuhkan generasi yang berkarakter orang-orang dilingkugannya juga
seharusnya ikut andil memberikan contoh dan menanamkan karakter pada anak-anak
yang ada.
Ada indikator yang bisa digunakan untuk
mengembangkan dan mencapai keberhasilan dalam pendidikan karakter. Yang pertama
adalah indikator yang dilakukan oleh para guru di sekolah sebagai pihak yang
menganalisis karakter setiap anak didiknya. Kedua adalah indikator yang menganalisis
mengenai prilaku dan pengetahuan anak dalam mata Pelajaran tertentu.
Beberapa hal yang menjadi tolak ukur
keberhasilan pendidikan karakter dapat dilihat dalam segi : religious,
disiplin, toleran, kerja keras, mandiri, kreatif, semangat, peduli lingkungan,
dan tanggung jawab. Apabila anak didik dapat mencantumkan hal-hal tersebut maka
pendidikan karakter berhasil diwujudkan, apabila beberapa belum terdapat pada
pribadi anak, maka haruslah ada evaluasi bagi pendidik terhadap mertode
pembelajaran yang mungin kurang efektif untuk anak didiknya.
Dalam pendidkan karakter terdapat banyak
nilai positif didalamnya, yang paling utama adalah pada segi akhlak atau etika.
Saat ini banyak ditemukan anak yang lemah dalam etikanya, maka dari itu sebagai
orang tua maupun guru perlu meningkatkan upaya untuk mengembangkan pendidikan
karakter, baik ketika dalam sekolah maupun lingkungan keluarga.
Pendidikan karakter yang paling utama
adalah : pertama, berfunggsi untuk menbentuk dan mengembangkan potesi anak
supaya menjadi pribadi yang baik dalam segi pikiran, prilaku maupun agama. Kedua,
berfungi untuk mempererat dan memperkuat peran keluarga, lingungan sosial, dan
aspek lainnya dalan memperbaiki karakter anak dalam mengembangkan potensi,
bakat, mandiri, dan bertanggung jawab. Ketiga, agar anak dapat memilah atau
sebagai penyaring, Dimana peran ini adalah upaya seorang anak dalam menentukan
dan memilah budaya-budaya yang positif untuk diikuti dan meninggalkan budaya
negatif.
Untuk menngukur keberhasilan pendidikan
karakter dapat juga dengan mengamati seberapa besar prilaku seseorang berdampak atau melahirkan manfaat bagi
dirinya sendiri maupun orang yang ada disekitarnya. Sebagaimana hadis nabi SAW yang aritinya “Sebaik-baik manusia
adalah mereka yang paling baik akhlaknya dan bermanfaat bagi orang lain”. Ketika
seseoerang telah menghasilan atau berdampak manfaat bagi orang-orang sekitarnya,
berarti ia telah meniliki karakter seorang muslim yang sesuai dengan ajaran
Islam. Sebagaimana tujuan nabi Muhammad yang paling utama adalah untuk mengajarkan
Makarim Al-Akhlak (akhlak yang mulia/terpuji).
KESIMPULAN
Pendidikan
karakter anak harus dimulai sejak dini dengan memberikan pelajaran, penambahan
wawasan, dan penanaman sifat kejiwaan, akhlak, atau budi pekerti.
Untuk menanamkan
pendidikan karakter pada anak orang tua harus memastikan anak mempraktikkan ibadah,
seperti sholat, dengan benar sesuai ajaran Rasulullah SAW. Memberikan nama yang
baik dan mengajarkan baca tulis juga penting dalam membentuk karakter anak.
Lingkungan dan
media sosial juga berpengaruh besar dalam pendidikan karakter anak.Indikator
keberhasilan pendidikan karakter termasuk perilaku yang bermanfaat bagi diri
sendiri dan orang lain.
Orang tua dan
guru harus bekerja sama meningkatkan upaya dalam mengembangkan pendidikan
karakter anak. Keberhasilan pendidikan karakter dapat diukur dari seberapa
besar manfaat yang dihasilkan bagi diri sendiri dan orang lain, sesuai dengan
ajaran agama dan nilai-nilai moral yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
Adu, La. “ABSTRAK
PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PERSPEKTIF ISLAM.” Jurnal Biology Science &
Education, 2014.
Chasanah,
Udzlifatul, Pondok Modern, and Darussalam Gontor Putri. “Urgensi Pendidikan
Hadis Dalam Pembentukan Karakter Anak Usia Dini,” n.d.
Kulsum, Ummi, and
Abdul Muhid. “Pendidikan Karakter Melalui Pendidikan Agama Islam Di Era
Revolusi Digital.” Jurnal Intelektual: Jurnal Pendidikan Dan Studi
Keislaman 12, no. 2 (October 21, 2022): 157–70.
https://doi.org/10.33367/ji.v12i2.2287.
“MAKNA DAN
URGENSI PENDIDIKAN KARAKTEER Muslim Hasibuan,” n.d.
Nasution, Maulana
Azizi, Khaerul Anwar, Ahmadi Usman, Fakultas Tarbiyah, Iai Nasional, and Laa
Roiba. “Penerapan Pendidikan Karakter Dan Penerapannya Perspektif Hadits
Tarbawi.” Vol. 1, 2021.
Nerizka, Dea, Eva
Latifah, and Dan A Munawwir. “FAKTOR HEREDITAS DAN LINGKUNGAN DALAM MEMBENTUK
KARAKTER,” n.d.
“Pembentukan
Karakter… Oleh: Nirra Fatmah,” n.d.
http://ejournal.iai-tribakti.ac.id/index.php/tribakti/article/view/,.
Pendidikan,
Konsep, and Berbasis Hadis. “HADIS PenDIDIkAn,” n.d.
Studi, Jurnal, Al
Qurà n, Pendidikan Karakter, Dalam Islam, Kajian Al-Qur’an, and Dan Hadis.
“Pendidikan Karakter Dalam Islam: Kajian Al-Qur’an Dan Hadis,” n.d.
[1] Ummi
Kulsum and Abdul Muhid, “Pendidikan Karakter Melalui Pendidikan Agama Islam Di
Era Revolusi Digital,” Jurnal Intelektual: Jurnal Pendidikan Dan Studi
Keislaman 12, no. 2 (October 21, 2022): 157–70,
https://doi.org/10.33367/ji.v12i2.2287.
[2] “MAKNA DAN URGENSI PENDIDIKAN KARAKTEER Muslim Hasibuan,” n.d.
[3] Konsep Pendidikan and Berbasis Hadis, “HADIS PenDIDIkAn,” n.d.
[4] La
Adu, “ABSTRAK PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PERSPEKTIF ISLAM,” Jurnal Biology
Science & Education, 2014.
[5] Jurnal Studi et al., “Pendidikan Karakter Dalam Islam: Kajian
Al-Qur’an Dan Hadis,” n.d.
[6] Udzlifatul Chasanah, Pondok Modern, and Darussalam Gontor Putri,
“Urgensi Pendidikan Hadis Dalam Pembentukan Karakter Anak Usia Dini,” n.d.
[7] Maulana Azizi Nasution et al., “Penerapan Pendidikan Karakter Dan
Penerapannya Perspektif Hadits Tarbawi,” vol. 1, 2021.
[8] Pendidikan and Hadis, “HADIS PenDIDIkAn.”
[9] Dea Nerizka, Eva Latifah, and Dan A Munawwir, “FAKTOR HEREDITAS DAN
LINGKUNGAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER,” n.d.
[10] “Pembentukan Karakter… Oleh: Nirra Fatmah,” n.d.,
http://ejournal.iai-tribakti.ac.id/index.php/tribakti/article/view/,.
[11] Chasanah, Modern, and Putri, “Urgensi Pendidikan Hadis Dalam
Pembentukan Karakter Anak Usia Dini.”
0 Komentar